Tuesday, August 1, 2017

Kenali Penyakit Kulit pada Kucing

Pet lovers, kali ini Myma Pet House akan berbagi informasi mengenai beberapa penyakit kulit yang sering menyerang hewan kesayangan kita khususnya pada kucing. Kucing memang hewan yang lucu, aktif, manja, senang bermain dan menggemaskan. Namun jika sudah terkena penyakit kulit bisa membuatnya tidak lucu dan menggemaskan lagi. Bahkan dapat menjadikan hewan kesayangan kita stress karena rasa gatal dan kesakitan yang dirasakan, akibatnya jadi tidak mau bermain lagi, tidak nafsu makan, kurus, dan kondisi yang buruk menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga penyakit lain dapat menginfeksi.

Identifikasi awal yang paling sederhana untuk mengetahui kucing kita di rumah mengalami penyakit kulit adalah “Apakah kucing anda sering kali menggaruk-garuk?” Bila jawabannya ya, ada kemungkinan kucing anda mengalami masalah kulit. Jika si kucing menggaruk pada area tertentu cek area tersebut apakah ada kemerahan, kerak, keropeng, bengkak, bintik-bintik ataukah kebotakan. Seringkali owner tidak mengetahui gejala-gejala penyakit kulit berbeda satu dengan lainnya. Owner juga perlu berhati-hati karena beberapa penyakit bersifat zoonosis atau dapat menular ke manusia.

Yuk kita baca penjelasan di bawah ini mengenai beberapa penyakit kulit pada kucing yang perlu kita ketahui dan waspadai:

1. Manifestasi Ektoparasit

Ektoparasit merupakan parasit yang hidupnya area kulit, menggigit, menghisap darah, bahkan ada yang masuk kedalam kulit membentuk terowongan, dan adapula yg hidupnya di dalam rongga telinga. Ektoparasit yang mengifeksi kucing antara lain pinjal/kutu loncat, caplak dan tungau (mite). Gigitan kutu atau caplak pada beberapa kasus dapat menimbulkan reaksi alergi seperti gatal-gatal, peradangan, dan tidak nyaman, hingga mengganggu pertumbuhan dan kesehatan hewan kesayangan kita.

Kulit yang iritasi akibat gigitan kutu (http://www.petful.com)


Penyakit kulit akibat ektoparasit  yang sangat bebahaya adalah skabies atau skabiosis, yang disebabkan oleh tungau jenis Notoedres cati dan Sarcoptes scabiei. Penyakit ini cepat penularannya bahkan juga dapat menular ke manusia hanya dengan kontak langsung. Gejala klinis berupa gata-gatal hebat, bungkul2 yang bergerombol disertai keropeng yang menonjol akibat dari tungau yang membentuk terowongan di bawah kulit. Gatal-gatal dapat menyebabkan kucing menggaruk-garuk tanpa henti dan dapat menyebabkan luka yang serius. Area yang seringkali terserang skabies adalah daun telinga. Bila kondisinya parah dan tidak segera diobati daun telinga dapat habis terkikis akibat manifestasi tungau tersebut. Jangan tunggu lama lagi untuk memeriksakannya ke dokter hewan.

Tungau Notoedres cati dengan perbesaran mikroskop
(http://www.catdandruffclinic.com)


Kondisi kucing yang terserang scabiosis


2. Infeksi Jamur

Infeksi jamur istilah medisnya dermatofitosis merupakan penyakit yang sering menyerang hewan kesayangan. Sebagian besar jamur (dermatofita) merupakan flora normal yang memang tinggal di kulit namun jika pertumbuhan meningkat barulah dapat menyebabkan kondisi patologis/penyakit di kulit tersebut. Jamur senang hidup di daerah yang lembab, kelembaban yang tinggi pada kulit yang basah dan kotor dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan koloni jamur


Ringworm merupakan salah satu dermatofitosis yang sering menyerang semua jenis kucing dan bahkan bisa menular ke manusia. Gejalanya berupa lesi kemerahan melingkar seperti cincin (ring) yang khas dengan sedikit sisik, dan menyebabkan kebotakan pada area tersebut. 

Kucing yang terkena ringworm di area hidung (http://www.ringwormskin.com)

3. Infeksi sekunder akibat bakteri

Infeksi kulit oleh bakteri umumnya berkembang akibat dari masalah kulit lainnya atau biasa disebut infeksi sekunder. Misalnya akibat dari scabies dan dermatofitosis kucing menggaruk-garuk kulitnya hingga terluka dan tidak segera diobati, luka terbuka dan basah mengundang bakteri untuk berkembangbiak dan dapat memperparah kondisi. Infeksi yang ditimbulkan bakteri dapat menimbulkan abses, bernanah/pyoderma, bau, dan radang. Infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotik sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter hewan, selain itu juga yang terpenting menjaga kebersihan luka. 
Kasus pyoderma pada kucing (http://vetbook.org)

4. Alergi terhadap pakan

Reaksi gatal-gatal, kemerahan maupun kebengkakan merupakan suatu respon tubuh akibat adanya pelepasan mediator peradangan yaitu histamin karena masuknya  alergen. Alergen salah satunya dapat berasal dari makanan. Protein pada pakan adalah pencetus reaksi alergi pada tubuh hewan kesayangan kita. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan dapat dikonsultasikan ke dokter hewan.
Perlu diingat, kucing merupakan karnivora sejati sebaiknya diberi makan yang sesuai dengan kebutuhannya. Hindari memberikan karbohidrat  seperti nasi, roti, ataupun makanan manusia yg berbumbu lainnya. Pada kasus ini dokter hewan akan memberikan diet yang tepat sesuai dengan kebutuhan kucing kesayangan kita. 
Bintik-bintik kemerahan akibat alergi makanan (http://pets.webmd.com)

5. Ketidakseimbangan hormonal

Gejala gatal, kemerahan, bulu rontok, dan gangguan lainnya juga dapat diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Kebotakan yang diikuti dengan penebalan dan penggelapan area kulit dapat disebabkan oleh gangguan ketidakseimbangan hormone kortisol, akibat pemberian obat-obatan korticosteroid. Selain itu gangguan hormone lainnya,  hypertiroidism merupakan akibat dari peningkatan hormone thyroid yang berlebihan, dengan gejala klinis yang nampak pada kondisi kulit adalah bulu kusam, kebotakan, keras dan kemerahan
Hipertiroidism pada kucing (http://www.cat-health-guide.org)

Stud tail merupakan kondisi yang terjadi akibat peningkatan ekskresi kelenjar minyak di area pangkal ekor kucing jantan yang sedang mengalami ketidakseimbangan hormone testosterone. Umumnya terjadi pada umur menjelang pubertas/dewasa. Gejalanya tampak pangkal ekor terlihat basah, lengket dengan tekstur seperti lilin, kasar, bahkan rontok. Kondisi yang lembap ini dapat memicu infeksi jamur dan bakteri. Ekor dapat rutin dibersihkan dengan shampo khusus yang sudah direkomendasikan oleh dokter hewan. Kondisi ini dapat berkurang bahkan menghilang jika kucing jantan sudah disteril. 
Kondisi Stud tail (http://www.catdandruffclinic.com)


Pencegahan yang dapat dilakukan di rumah:

1. Perhatikan kebersihan kandang, litter box, wadah pakan dan lingkungan sekitar rumah. Rutin bersihkan kandang, terutama litter box wajib dibersihkan dan diganti tiap harinya. Kebersihan pangkal kesehatan.

2. Rutin grooming si manis 7-10 hari sekali, jika grooming di rumah perlu diperhatikan bahwa bulu wajib dikeringkan dengan blower hingga kering sempurna. 

3. Jauhkan si manis dari area yang basah dan becek seperti kamar mandi, terutama pada ras berbulu panjang, segera keringkan jika si manis kebasahan atau kehujanan.

4. Rajin membersihkan telinga sehingga kucing kita terhindar dari kutu telinga yang dapat menyebabkan kegatalan sampai si manis sering menggaruk-garuk hingga luka, basah dan menyebabkan infeksi sekunder

5.   Pemberian pakan dengan gizi yang baik dan cukup serta suplemen dapat membuat tubuhnya sehat. Karena nutrisi dan daya tahan tubuh yang baik akan menurunkan resiko terjadinya penyakit, termasuk penyakit kulit.

6. Jika memiliki beberapa hewan dirumah, pisahkan yang sakit dengan yang sehat, kucing yang sedang menderita penyakit kulit terutama yang bersifat infeksius perlu dikandangkan sendiri agar tidak menular ke yang lain.

7. Jangan lupa untuk mencuci tangan setelah berinteraksi dan merawat hewan kesayangan terutama yang sedang sakit kulit, karena penyakit dapat berpindah secara kontak langsung. Untuk mencegah penularan ke diri kita sendiri dan hewan kesayangan kita yang lain.

8. Pencegahan dengan memberikan obat antiparasit. Hal ini perlu konsultasi dan pengawasan dokter hewan kapan waktu pemberian program antiparasit yang tepat untuk hewan kesayangan.

9. Usahakan si manis bermain dan bereksplor di area yang dapat terawasi. Sehingga dapat meminimalisir tertular penyakit kulit dari hewan lain, serta mengurangi resiko trauma kecelakaan atau perkelahian yang dapat menimbulkan luka dan menyebabkan infeksi sekunder bakteri pada kulit.

10. Steril merupakan cara yang efektif untuk mengurangi populasi kucing dan juga meminimalisir kucing terlalu sering main di luar rumah yang dapat beresiko tertular penyakit yang tidak kita inginkan termasuk penyakit kulit. Pada kucing jantan juga dapat menyeimbangkan gejolak peningkatan hormone testosterone yang dapat menyebabkan kondisi stud tail seperti penjelasan di atas.

Seberapa tahukah kita mengenai kondisi kulit dan rambut kucing kesayangan kita di rumah, yuk mulai sekarang coba kita mulai rutin cek kondisi kulit, bulu, dan telinga nya. Karena yang terbaik adalah pencegahan daripada pengobatan. Tingkat keparahan suatu penyakit juga dapat memperburuk kondisi dan lamanya proses penyembuhan. Jangan biarkan hewan kesayangan kita menderita terlalu lama akibat penyakit kulit yang dideritanya. Segera konsultasikan dengan dokter hewan agar dapat diberi tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Ikuti saran yang diberikan dokter hewan karena setiap penyakit berbeda cara penanganannya. Diperlukan kesabaran serta ketelatenan dalam merawat hewan yang sedang mengalami penyakit kulit karena pengobatan penyakit kulit memerlukan proses yang lebih lama dan kedisiplinan dalam pengobatan.

Semoga informasinya bermanfaat,

Drh. Ajeng Herpianti
Klinik Hewan Bogor Myma Pet House