Pet lovers, kali ini Myma Pet House akan berbagi informasi
mengenai beberapa penyakit kulit yang sering menyerang hewan kesayangan kita khususnya
pada kucing. Kucing memang hewan yang lucu, aktif, manja, senang bermain dan
menggemaskan. Namun jika sudah terkena penyakit kulit bisa membuatnya tidak
lucu dan menggemaskan lagi. Bahkan dapat menjadikan hewan kesayangan kita stress
karena rasa gatal dan kesakitan yang dirasakan, akibatnya jadi tidak mau
bermain lagi, tidak nafsu makan, kurus, dan kondisi yang buruk menyebabkan daya
tahan tubuh menurun sehingga penyakit lain dapat menginfeksi.
Identifikasi awal yang paling sederhana untuk mengetahui kucing kita
di rumah mengalami penyakit kulit adalah “Apakah kucing anda sering kali menggaruk-garuk?”
Bila jawabannya ya, ada kemungkinan kucing anda mengalami masalah kulit. Jika
si kucing menggaruk pada area tertentu cek area tersebut apakah ada kemerahan,
kerak, keropeng, bengkak, bintik-bintik ataukah kebotakan. Seringkali owner
tidak mengetahui gejala-gejala penyakit kulit berbeda satu dengan lainnya. Owner
juga perlu berhati-hati karena beberapa penyakit bersifat zoonosis atau dapat
menular ke manusia.
Yuk kita baca penjelasan di bawah ini mengenai beberapa penyakit kulit
pada kucing yang perlu kita ketahui dan waspadai:
1. Manifestasi Ektoparasit
Ektoparasit merupakan parasit yang
hidupnya area kulit, menggigit, menghisap darah, bahkan ada yang masuk kedalam
kulit membentuk terowongan, dan adapula yg hidupnya di dalam rongga telinga. Ektoparasit
yang mengifeksi kucing antara lain pinjal/kutu loncat, caplak dan tungau (mite).
Gigitan kutu atau caplak pada beberapa kasus dapat menimbulkan reaksi alergi
seperti gatal-gatal, peradangan, dan tidak nyaman, hingga mengganggu
pertumbuhan dan kesehatan hewan kesayangan kita.
Kulit yang iritasi akibat gigitan kutu (http://www.petful.com) |
Penyakit kulit akibat ektoparasit yang sangat bebahaya adalah skabies atau
skabiosis, yang disebabkan oleh tungau jenis Notoedres cati dan Sarcoptes
scabiei. Penyakit ini cepat penularannya bahkan juga dapat menular ke
manusia hanya dengan kontak langsung. Gejala klinis berupa gata-gatal hebat, bungkul2
yang bergerombol disertai keropeng yang menonjol akibat dari tungau yang membentuk
terowongan di bawah kulit. Gatal-gatal dapat menyebabkan kucing menggaruk-garuk
tanpa henti dan dapat menyebabkan luka yang serius. Area yang seringkali
terserang skabies adalah daun telinga. Bila kondisinya parah dan tidak segera diobati
daun telinga dapat habis terkikis akibat manifestasi tungau tersebut. Jangan
tunggu lama lagi untuk memeriksakannya ke dokter hewan.
Tungau Notoedres cati dengan perbesaran
mikroskop
(http://www.catdandruffclinic.com)
|
Kondisi kucing yang terserang
scabiosis
|
2. Infeksi Jamur
Infeksi jamur istilah medisnya
dermatofitosis merupakan penyakit yang sering menyerang hewan kesayangan. Sebagian
besar jamur (dermatofita) merupakan flora normal yang memang tinggal di kulit
namun jika pertumbuhan meningkat barulah dapat menyebabkan kondisi
patologis/penyakit di kulit tersebut. Jamur senang hidup di daerah yang lembab,
kelembaban yang tinggi pada kulit yang basah dan kotor dapat menyebabkan
peningkatan pertumbuhan koloni jamur
Ringworm merupakan
salah satu dermatofitosis yang sering menyerang semua jenis kucing dan bahkan
bisa menular ke manusia. Gejalanya berupa lesi kemerahan melingkar seperti
cincin (ring) yang khas dengan sedikit sisik, dan menyebabkan kebotakan pada
area tersebut.
Kucing yang terkena ringworm di
area hidung (http://www.ringwormskin.com)
|
3. Infeksi sekunder akibat bakteri
Infeksi kulit oleh bakteri umumnya
berkembang akibat dari masalah kulit lainnya atau biasa disebut infeksi
sekunder. Misalnya akibat dari scabies dan dermatofitosis kucing
menggaruk-garuk kulitnya hingga terluka dan tidak segera diobati, luka terbuka
dan basah mengundang bakteri untuk berkembangbiak dan dapat memperparah kondisi.
Infeksi yang ditimbulkan bakteri dapat menimbulkan abses, bernanah/pyoderma, bau,
dan radang. Infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotik sesuai dengan yang
diresepkan oleh dokter hewan, selain itu juga yang terpenting menjaga
kebersihan luka.
Kasus pyoderma pada kucing (http://vetbook.org)
|
4. Alergi terhadap pakan
Reaksi gatal-gatal, kemerahan
maupun kebengkakan merupakan suatu respon tubuh akibat adanya pelepasan
mediator peradangan yaitu histamin karena masuknya alergen. Alergen salah satunya dapat berasal dari
makanan. Protein pada pakan adalah pencetus reaksi alergi pada tubuh hewan
kesayangan kita. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan dapat dikonsultasikan ke
dokter hewan.
Perlu diingat, kucing merupakan
karnivora sejati sebaiknya diberi makan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Hindari memberikan karbohidrat seperti
nasi, roti, ataupun makanan manusia yg berbumbu lainnya. Pada kasus ini dokter
hewan akan memberikan diet yang tepat sesuai dengan kebutuhan kucing kesayangan
kita.
Bintik-bintik kemerahan akibat
alergi makanan (http://pets.webmd.com)
|
5. Ketidakseimbangan hormonal
Gejala gatal, kemerahan, bulu rontok,
dan gangguan lainnya juga dapat diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon dalam
tubuh. Kebotakan yang diikuti dengan penebalan dan penggelapan area kulit dapat
disebabkan oleh gangguan ketidakseimbangan hormone kortisol, akibat pemberian
obat-obatan korticosteroid. Selain itu gangguan hormone lainnya, hypertiroidism merupakan akibat dari
peningkatan hormone thyroid yang berlebihan, dengan gejala klinis yang nampak
pada kondisi kulit adalah bulu kusam, kebotakan, keras dan kemerahan
Hipertiroidism pada kucing (http://www.cat-health-guide.org)
|
Stud tail merupakan kondisi yang terjadi
akibat peningkatan ekskresi kelenjar minyak di area pangkal ekor kucing jantan
yang sedang mengalami ketidakseimbangan hormone testosterone. Umumnya terjadi
pada umur menjelang pubertas/dewasa. Gejalanya tampak pangkal ekor terlihat
basah, lengket dengan tekstur seperti lilin, kasar, bahkan rontok. Kondisi yang
lembap ini dapat memicu infeksi jamur dan bakteri. Ekor dapat rutin dibersihkan
dengan shampo khusus yang sudah direkomendasikan oleh dokter hewan. Kondisi ini
dapat berkurang bahkan menghilang jika kucing jantan sudah disteril.
Kondisi Stud tail (http://www.catdandruffclinic.com)
|
Pencegahan yang dapat dilakukan di rumah:
1. Perhatikan kebersihan
kandang, litter box, wadah pakan dan lingkungan sekitar rumah. Rutin bersihkan
kandang, terutama litter box wajib dibersihkan dan diganti tiap harinya.
Kebersihan pangkal kesehatan.
2. Rutin grooming si manis 7-10 hari sekali, jika grooming di rumah
perlu diperhatikan bahwa bulu wajib dikeringkan dengan blower hingga
kering sempurna.
3. Jauhkan si manis dari area yang basah dan becek seperti kamar
mandi, terutama pada ras berbulu panjang, segera keringkan jika si manis
kebasahan atau kehujanan.
4. Rajin membersihkan telinga sehingga kucing kita terhindar dari
kutu telinga yang dapat menyebabkan kegatalan sampai si manis sering
menggaruk-garuk hingga luka, basah dan menyebabkan infeksi sekunder
5. Pemberian pakan dengan gizi yang baik dan cukup serta suplemen dapat
membuat tubuhnya sehat. Karena nutrisi dan daya tahan tubuh yang baik akan
menurunkan resiko terjadinya penyakit, termasuk penyakit kulit.
6. Jika memiliki beberapa hewan dirumah, pisahkan yang sakit dengan
yang sehat, kucing yang sedang menderita penyakit kulit terutama yang bersifat
infeksius perlu dikandangkan sendiri agar tidak menular ke yang lain.
7. Jangan lupa untuk mencuci tangan setelah berinteraksi dan
merawat hewan kesayangan terutama yang sedang sakit kulit, karena penyakit
dapat berpindah secara kontak langsung. Untuk mencegah penularan ke diri kita
sendiri dan hewan kesayangan kita yang lain.
8. Pencegahan dengan memberikan obat antiparasit. Hal ini perlu
konsultasi dan pengawasan dokter hewan kapan waktu pemberian program
antiparasit yang tepat untuk hewan kesayangan.
9. Usahakan si manis bermain dan bereksplor di area yang dapat
terawasi. Sehingga dapat meminimalisir tertular penyakit kulit dari hewan lain,
serta mengurangi resiko trauma kecelakaan atau perkelahian yang dapat
menimbulkan luka dan menyebabkan infeksi sekunder bakteri pada kulit.
10. Steril merupakan cara yang efektif untuk mengurangi populasi kucing
dan juga meminimalisir kucing terlalu sering main di luar rumah yang dapat
beresiko tertular penyakit yang tidak kita inginkan termasuk penyakit kulit.
Pada kucing jantan juga dapat menyeimbangkan gejolak peningkatan hormone
testosterone yang dapat menyebabkan kondisi stud tail seperti penjelasan
di atas.
Seberapa tahukah kita mengenai kondisi kulit dan rambut kucing
kesayangan kita di rumah, yuk mulai sekarang coba kita mulai rutin cek kondisi
kulit, bulu, dan telinga nya. Karena yang terbaik adalah pencegahan daripada
pengobatan. Tingkat keparahan suatu penyakit juga dapat memperburuk kondisi dan
lamanya proses penyembuhan. Jangan biarkan hewan kesayangan kita menderita terlalu
lama akibat penyakit kulit yang dideritanya. Segera konsultasikan dengan dokter
hewan agar dapat diberi tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan penyakit
yang dideritanya. Ikuti saran yang diberikan dokter hewan karena setiap
penyakit berbeda cara penanganannya. Diperlukan kesabaran serta ketelatenan
dalam merawat hewan yang sedang mengalami penyakit kulit karena pengobatan
penyakit kulit memerlukan proses yang lebih lama dan kedisiplinan dalam
pengobatan.
Semoga informasinya bermanfaat,
Drh. Ajeng Herpianti
Klinik Hewan Bogor Myma Pet House